Toyota Motor Corp. berhasil mengembangkan cara baru dalam mengamati pergerakan partikel kecil di baterai yang digunakan untuk menggerakkan mobil listrik. Cara ini bisa membuat baterai 10 sampai 15 persen lebih tahan lama.
Dilaporkan phys.org, salah satu ahli Toyota, Hisao Yamashige, menjelaskan gerakan partikel kecil atau ion ini sebelumnya sangat sulit dideteksi. Padahal justru ia sangat penting dalam menentukan efisiensi dan daya tahan baterai.Lebih detail, metode observasi baru ini memungkinan peneliti mempelajari migrasi ion dari minus ke plus. Dengan mengetahui migrasi ini, maka peneliti bisa mengamati jenis ion yang berkurang selama pengisian baterai.
“Ion tidak lagi dapat mengalir dengan bebas, mereka bisa diblokir, dan kinerja baterai menurun,” begitu penjelasan sederhana dari Yamashige, di kantor pusat mereka yang ada di Tokyo, Jepang, Kamis (24/11/2016) kemarin. Dengan memahami fenomena ini, maka peneliti bisa melakukan rekayasa sedemikian rupa terhadap baterai baru nanti. Mereka bisa, misalnya, meminimalisir ion untuk `diblokir` dengan mekanisme tertentu. “Peningkatannya 10 sampai 15 persen,” tambah Yamashige. Yamashige mengatakan bahwa baterai ini baru bisa dikomersialisasikan dalam beberapa tahun lagi. Menurutnya pengembangan baterai memang merupakan hal sulit, membutuhkan waktu yang panjang, dan dana riset yang tidak sedikit. Di satu sisi, daya tahan baterai memang mendesak untuk dikembangkan. Pasalnya kendala terbesar untuk memasifkan mobil listrik adalah baterai harus awet, apalagi stasiun pengisian baterai belum jamak dan baru ada di kota-kota maju saja.